Agustus kali ini sedikit beda dengan Agustus tahun lalu. Lagi-lagi, namamu yang menjadi sebuah alasan mengapa bulan ini—tidak seperti bulan-bulan lainnya, punya sedikit cahaya, yang meski redup.
Yang meski redup itu pun mampu menyirami taman bungaku yang sempat layu. Agaknya tidak tahu diri kalau aku minta untuk menghidupinya lagi. Yang sedikit ini pun sudah cukup.
Lagi-lagi, namamu yang membuatku mampu menulis. Menuang dan merangkai segala hal yang menurutku indah, karena semuanya lagi-lagi tentangmu.
Seorang yang ingin jadi penulis namun bertingkah sebegitu tidak becusnya karena hanya mampu menulis ketika dunianya terpusat lagi-lagi kepadamu. Meski nestapa yang harus ia rasakan.
Lagi-lagi namamu menyelinap dalam dentingan waktuku, lebih tepatnya menyelinap diam-diam. Sebab tidak kuizinkan namamu tergaungkan secara lantang. Karena akan ada patah yang lagi-lagi karenamu.
Entah kapan ujungnya, namun lagi-lagi aku menulis tentangmu, lagi-lagi aku merangkaikanmu kata, lagi-lagi aku tau tulisan ini tidak akan sampai.
Komentar
Posting Komentar