Cerita Pohon #01


Bagian 01, Prolog

Hai, perkenalkan namaku Daun. Hanya Daun. Aku tinggal bersama sosok yang hebat seperti Akar, Batang, dan Bunga. Mereka semua hebat. Kami disatukan menjadi sebuah kesatuan yang disebut “pohon”. Kami keluarga “pohon”.

Ayah dan ibu berada di bawah, mereka akar. Kerja mereka berat sekali, apalagi ayah. Ayah harus menopang keluarga kami, semakin hari ayah semakin ke bawah menembus lapisan tanah. Bukan hal yang mudah aku tahu, banyak rintangan yang harus ayah hadapi di bawah sana. Apalagi ketika ayah menemui fosil sampah, banyak sekali hal yang akan menyebabkan keluarga kami mati—kalau kami berada di ‘sampahdermis’ begitu sebutan dari ayah. Ayah adalah penguat kami. Penguat keluarga kami. Untungnya ada ibu yang selalu membantu ayah, mendampingi ayah kemapun ayah berjulur.

Lalu naik ke bagian atas, ada Abang, anak pertama. Abang juga tidak kalah penting perannya, ia juga penguat keluarga kami. Ketika ayah dan ibu terus ke bawah tanah, ada abang di atas tanah yang selalu menjaga kami. Ketika adik kami yang paling kecil, bunga, merengek ketika malam karena gelap, abang selalu bilang “pasti akan ada matahari untuk hari esok” lalu bunga berhenti menangis. Sebenarnya tidak hanya bunga saja yang takut malam, aku juga takut! Aku—daun—juga takut malam hari. Aku takut tidak akan ada cahaya yang datang untuk kami, aku takut malam akan selamanya hadir, dan kegelapan akan abadi. Tetapi sekali lagi, abang selalu menguatkan adik-adiknya, abang selalu menjadikan kami percaya akan adanya hari esok. 

Pernah suatu ketika aku tanya abang, “Bang, kenapa abang tidak takut malam?” lalu abang tertawa, jawabnya begini “kenapa harus takut untuk melihat bulan yang cantiknya bukan main?” lalu aku tanya lagi, “kalau pagi tidak akan datang, abang tidak takut?” lalu abang menjawab, “kalau abang takut, abang belum siap jadi ayah.” Dan waktu itu aku langsung sadar, ayah dan ibu tidak akan pernah lagi merasakan hangatnya sinar matahari, demi keluarga kami. 

Komentar